<$BlogRSDUrl$>

Saturday, April 17, 2004

Tidur di mana ?

Aku mengenalnya di suatu sore, di tepi jalan. Ada senyum yang sedikit dipaksakan ketika aku menghampirinya, menghampiri dagangannya lebih tepatnya. Dia berhenti sejenak menatapku dengan pandangan yang diramah-ramahkan dan melempar senyum manis yang kulihat agak dipaksakan. Aku tahu, hari sudah sore, sudah saatnya dia mengemasi dagangannya dan segera pulang,mandi lalu duduk di di beranda rumah sambil merokok dengan ditemani rokok dan kopi, menyambut datangnya malam. Aku yakin dia tidak akan begadang malam ini. Orang macam ini, bertubuh kurus harus tidur dan istirahat yang cukup agar besok masih mampu mengangkati kardus-kardus besar ini.
Kubalas senyumnya. Kulempar pandang mataku ke hamparan buku-buku yang dipajang di atas koran-koran yang digelar di atas trotoar. Kusapu sampul-sampul buku, kucari yang menarik. Pandangan mataku tertahan ditumpukan buku di depannya. “Ah ini Tetraloginya Pram.” Tumpukan buku itu dijajar kembali. Salah satu disodorkan kepadaku. “Pasti sudah pernah baca… iya kan?!” Aku merasa tak perlu menjawabnya kecuali dengan senyuman. Ya aku sudah pernah membacanya sampai katam. Ya membaca fotokopian, punya teman. Sebenarnya aku ingin membeli tetralogi itu…. Aku ingin membacanya kembali…. Ah tapi pasti mahal. Tapi… tak ada salahnya aku menanyakan harganya. Dan benar dugaanku bahwa uangku tidak cukup untuk membeli tetralogi tersebut.
Mataku kembali menyapu buku-buku yang berjajar dengan sangat tidak rapi. Ah ini dia buku yang lagi heboh. Supernova. Aku penasaran juga dengan. Kuraih buku itu. Penjual buku itu hanya melirik dan aku masih menunggu komentarnya tentang buku itu. Aku menimang-nimang buku bersampul mewah itu. Dia masih diam saja sambil mulai kembali memunguti buku, satu persatu, dielapnya dengan telapak tangan,lalu ditumpuk dengan pelan-pelan. Sekali-kali berhenti untuk menghisap rokoknya.
Setelah tawar menawar kami ngobrol sebentar. Ternyata menarik juga gembel gondrong ini. Menurut ceritanya dia membawa buku-buku ini dari Jogja. Ya datang ke malang sengaja mau jualan buku. “Nginapnya di mana?” Dia menggeleng “nggak tahu nanti nginap di mana. Gampanglah…”
Aku mengenalnya di kamar sempit ini. Kamar yang semestinya untuk satu orang. Ya hidup haruslah prihatin. Satu kamar berdua nggak papalah. Sore itu teman sekamarku datang dengan membopong kardus besar. Sepertinya berat sekali. Aku nggak tahu apa isiny. Di belakangnya, lelaki kurus itu berjalan dengan cara yang tidak jauh beda, langkah kaki yang sudah nggak sabar lagi, ingin segera sampai karena beratnya kardus itu. MSore itu aku mengenalnya sebagai pedagang buku dari jogja. Awalnya kukira dia teman lama temanku. Ah tennyata meraka baru kenal beberapa jam yang lalu. Ya aku sering heran teman sekamarku ini. Dia mudah sekali percaya dengan orang lain. Bayangkan baru saja kenal dipinggir jalan sudah bernai ngajaknya pulang, menawarkan tempat untuk nginap. Ah nanti malam pasti malam yang tidak menyenangkan. Kamar sekecil ini buat tiga orang ? Ah sangat tidak nyaman. Ah seandainya saja dulu aku tidak menerima tawarannya untuk ngekos bareng dalam satu kamar begini… sebuah kamar kecil ditambah dua buah kerdus besar… ah ternyata tidak hanya dua kardus. Temanku dan tman barunya itu masih mengambil dua kardus lagi. Empat kardus memenuhi kamarku. Aku hanya menggeleng dan berkata dalam hati yang mendongkol, tidak mungkin kami tidur di kamar ini. Aku tidak tahan maka aku pura-pura bertanya… “nginap di sini? Atau…” Dia tidak segera menjawab. Tapi jawaban yang kudengar kemudian sangat melegakan hatiku. Dia bilang mau jalan-jalan menikmati malamnya Malang
Ya aku mengenalnya di kamar ini. Ah aku belum mengenalnya. Aku belum tahu namanya. Aku hanya tahu bahwa dia dari Jogja. Aku tidak tahu apakah dia orang jogja atau hanya pendatang, mungkin dia mahasiswa yang kuliah di jogja. Tapi…. Mengapa malah jualan buku ke Malang… bukankah minggu-minggu ini adalah jadwal untuk ujian akhir semester? Ah… mungkin dia seperti temanku… mahasiswa atapi tidak begitu peduli dengan kuliah…. Sukanya mengolok-olok dosen dan berbagai atauran kampus. Yang kutahu aktivitas sehari-hari bukan kuliah tapi… ngurusi teater. Kalau malam nongkrong di warung kopi dan tidak jarang mabuk bareng teman-teman di sanggat teater….bangun siang sekali……….. ah aku nggak begitu paham….mahasiswa kok malah jadi kelelwar…malam begadang pagi tidur… kalau begadang buat belajr atau kegiatan apa yang bermanfat begitu aku masih bisa menerima…. Tapi kalau begadang hanya ngobrol ngalor-ngidul…main kartu…ngopi…ngrokok bahkan minum minuman keras…….ah
Malam itu aku terkejut sekali . Ada yang berubah dalam kamar ini. Ah itu dia empat kardus besar. Semuanya berisi buku. Aku tidak percaya dia memborong buku sebanyak ini walau itu sangat mungkin karena dia bisa saja minta uang ke orang tuanya. Tidak mungkin juga temannya yang memborong buku sebanyak ini. Temannya nggak mungkin mampu memborong buku sebanyak ini. Kos saja numpang….
Aku mengenal anak ini sebagai mahasiswa baik-baik. Seperti biasa, malam ini aku berkunjung karena aku mau numpang ngetik. Dari pada komputernya ngangggur atau kalau dipakai pasti buat ngegame…kan lebih baik kupinjam buat ngetik artikel. Aku harus ngirim artikel ke koran secara rutin. Aku punya obsesi tulisanku segera muncul di koran… aku akan menuju cita-cita itu… selain untuk menyuarakan ide-ideku, aku menulis juga dalam rangka mencari uang…walau sampai sekarang aku belum pernah dapat uang dari tulisan…ah tapi aku yakin suatu saat aku akan jadi penulis terkenal. Tulisanku akan sering dimuat di koran nasional. Dan aku akan punya computer dan printer sendiri.
Sebelum aku ngetik artikelku terlebih dahulu kubuatkan tugas kuliahnya. Ah hanya ringkasan buku dalam satu halaman…apa susahnya. Kebetulan aku sudah pernah baca buku itu. Beres bos.!! Begitu tugasnya kuprint dia baca sekilas, menyimpannya ke dalam map plastic, memasukkan ke dalam tas, lalu segara merebahkan tubuhya di kasur. Kakinya memancal kardus buku. Sekarang aku tahu buku-buku ini bukan miliknya dan bukan milik temannya tapi dagangannya anak jogja yang tadi sore kenalan dengan temanya. Ah aneh juga ya?! Aku sering main ke sini dan berkali-kali ketenmu teman sekamarnya tapi aku tidak tahu nama asalinya. Aku hanya sering dengar dia dipangggil Cuk.
Malam sudah berganti pagi, dini hari. Dia sudah tidur dengan pulas. Kucopot kacamat, mengucek mata, mengelap lensa kaca mata dengan ujung bawah kaos sambil melihat kerts yang keluar perlahan-lahan dari dalam printer. Artikelku jadi. Suara printer mengganggu tidurnya. Matanya terbuka, segera saja aku pamit. Sebenarnya aku ingin numpang tidur sekalian tapi…sepertinya sudah tidak ada tempat, terlalu sesak….. Jalanan sudah sepi. Tikus berlari menyebrang jalan tapi tiba-tiba NGEEENG!!!!! dan perutnya sudah pecah. Isinya terburai mengotori aspal.
Aku sudah lama mengenalnya. Dulu aku sering melihatnya duduk berlama-lama di ruang baca perpustakaan fakultas. Awalnya kami hanya saling lempar senyum. Beberapa hari kemudian kami sudah berni saling sapa, Beberapa hari lagi kami sudah ngobrol bareng. Malam-mlam begini dia dating ke kos. Untung saja aku belum tidur. Dia sodorkan artikek yang katanya baru saja diprint. Menurutku artikel-artikelnya tidak manrik. Yang menarik adalah semangatna untuk terus menulis tapi… aku khawatir dia akan keahabisan semangat setelah sekian waktu mengirim tukisan tapi tak ada koran yang bersedia memuatnya. Sebagai seorang teman mungkin aku perlu menolongnya. Aku memang tidak bisa menulis…. Makanya aku tidak banyak komentar dan memberi kritik atau saran pada tulisan-tulisannya yang selalu dipamerkan padaku. Mungkin kali ini aku harus mulai mengritiknya…. Karena dia adalah temanku. Sebaiknya aku mulai dari pertanyaan mengapa dia memilih topic ini. Ah… dia sudah tidur di atas kasurku.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?