<$BlogRSDUrl$>

Wednesday, July 23, 2014

makasih dan maaf 

Dengan namamu tuhan
kucoba baca caramu mulai hidupku
Dari tiada jadi ada
Dulu aku hanyalah bayi berlumur darah
Sebelumnya hanya
tanah
tanpa takdirmu tentu tiada guna
tanpa kasihmu tentu tiada bahagia
tiada kata yang pantas terucap
selain makasih dan maaf
diri ini penuh daki

Labels:


DUA MATA 

DUA MATA

Dua mata ini
Dua mata ini siapa yang memberi
Dengan mata ini dapat kunikmatii pelangi kunikmati puisi kunikmati televisi kunikmati sms putra-putri kunikmati paras isteri kunikmati ayat-ayat suci kunikmati ayat-ayat Ilahi
Dua mata ini
Siapa yang memberi

Muria, 25 Mei 2013

Labels:


Ya Sin 

Ya Sin

Kaulah utusan Tuhan
Untuk mengingatkan kami
Yang tuli
Bagaimana kau menasehati telinga
Yang buntu oleh bisik mesra musik
Dunia ini

Kaulah nabi
Untuk memberi petunjuk kepada kami
Yang buta
Bagaimana kau tunjukkan pada mata
Yang silau oleh pangkat
Palsu belaka

Kaulah rasul
Untuk mengajak kami
Yang mati
Bagaimana kau membimbing hati
Yang mengeras oleh emas
Perhiasan anak isteri

Tiada kata yang pantas kutulis
Selain terima kasih
Telah kau ingatkan kami
Yang mati hati

Labels:


Selaksa Shalawat 

Selaksa Shalawat

Kuingin ikut-ikutan haturkan selaksa salam serta sejuta shalawat untukmu sang utusan Tuhan mulai malam ini hingga akhir zaman

Kuingin iringi setiap tarikan nafas ini  dengan salam serta shalawat untuk nabi Muhammad mulai detik ini hingga hari kiamat

Semoga sampai mati aku bisa cinta nabi dengan sepenuh hati beserta semua anggota badan luar dan dalam bukan dengan cinta monyet apalagi cinlok

Pekalongan, 9 Juni 2013

Labels:


Kau Panggil Aku 

Kudengar adzan
Tapi kuselesaikan sekalian pekerjaan
Pekerjaan ini dan itu yang tak kunjung selesai
Kudengar adzan
Tapi kulanjutkan obrolan
Obrolan mengalir ngalor-ngidul tak berujung
Kudengar adzan
Tapi kuperpanjang lagi tidur panjang
Apalagi saat liburan
Kudengar adzan
Tapi kutunggu iklan menjeda siaran tv
TV yang ini sedang iklan
TV yang lain mungkin punya siaran yang lebih asyik
Kudengar adzan
Satu jam kemudian
Aku belum beranjak
Dua jam kemudian
Aku masih sibuk
Tiga jam kemudian
Aku menghadapmu
Dalam sholat aku berbusik
Ya Allah, Maaf aku sedang sibuk.
Mohon dimaklumi ya Allah

Bugel, 25 Mei 2013

Labels:


Di balik baju takwamu 

Di balik baju takwamu
Terlihat samar tapi jelas terbaca
Partai ini pilihanku
Tapi aku ragu
Maukah kau ikut pemilu

Di balik baju takwamu
Jelas terbaca meski samar
Gambar partai itu ganggu takbirku
Allahu Akbar
Sudikah kau kalau tak dibayar

Di balik baju takwamu
Slogan politik mengusik hati
Buyarkan konsentrasi menghadap Ilahi
Mungkin tidak jadi begini kalau
Aku jama'ah di baris pertama
Mungkin tidak jadi begini kalau
kepala selalu menunduk
Menuju sujud

Di balik baju takwamu
Kaos partai itu
Membuatku makin benci partai
Politik

Labels:


Peri Penjaga Goa Rahasia 

Peri Penjaga Goa Rahasia
Cerpen Anak karya Faiq Aminuddin

Namaku Siti Mariam. Aku kelas enam. Adikku kelas tiga. Namanya Zulaiha. Dia memang pintar tapi terlalu suka komentar. Uang sakuku selalu habis untuk jajan. Maka dia komentar, “Uang saku Kakak lebih banyak tapi kok tidak pernah mengisi kaleng tabungan.” Aku minta dibelikan tas yang warna biru. Maka dia komentar, “Tas Kakak yang lama kan masih bagus kok minta tas baru.” Suaraku agak serak. Maka dia komentar, “Makanya jangan terlalu banyak maka bakwan, Kak.” Aku melempar tas sepulang sekolah. Maka dia komentar, “Kak, tasnya masuk keranjang sampah.” Karena dia cerewet sekali, maka aku tidak peduli.
Pagi ini dia mengganggu mimpiku lagi. “Kak, sudah pagi. Kak, cepetan mandi! Kak, pelajarannya apa hari ini? Kak, Ibu dan Bapak sudah pergi. Sarapan kita di dalam lemari. Katanya kalau mau tambah lauk, kita disuruh beli sendiri. Kak, cepetan mandi! Tas Kakak sudah kuisi buku pelajaran hari ini. Kak, tas baru kok lubang begini? Kak, Aku pergi beli krupuk chiki. Kak, cepetan mandi!!!
Aku bangkit karena ingin menyumpal mulutnya dengan bantal. Adik kabur. Aku pergi ke sumur. Selesai mandi dan ganti pakaian, aku ke meja makan. Adik datang membawa krupuk chiki kesukaaanya. Aku tahu Adik lebih suka hadiahnya dari pada makan krupuknya. “Lho, kok aku tidak dibelikan bakwan?” tanyaku menyelidik.
“Kakak tadi tidak bilang, sih,” bantah adik.
“Ayo belikan bakwan dulu,” perintahku dengan nada menghardik.
“Uangnya mana?” Adik bertanya lagi.
“Pakai uangmu dulu. Nanti aku ganti.”
“Awas kalau Kakak bohong lagi.”
Adikku memang sangat cerewet tapi juga sangat penurut. Apalagi kalau diperintah oleh kakaknya yang sangat sangar ini. Walaupun cewek, aku tidak suka mewek. Aku mau jadi perempuan yang perkasa. Makanya aku minta dibelikan tas baru yang berwarna biru. Aku tidak suka lagi tas lamaku yang berwarna pink. Menurutku warna pink itu miring dan warna biru itu kuat seperti batu. Menurut Adik, biru itu indah seperti langit. Adik masih memakai tas lamanya waktu sekolah TK Pertiwi. Warna birunya sudah memutih di sana-sini.
Adikku memang cerewet sekali tapi sangat baik hati. Dia rela membongkar kaleng tabungannya. Uangnya diserahkan pada ibu semua.
“Untuk belikan Kakak tas,” katanya. Ibu tidak mau, tapi dia memaksa.
“Aku tidak mau Kakak ngamuk seperti orang gila.” Aku sangat malu tapi juga sangat senang karena akan dibelikan tas baru. Akhirnya aku punya tas baru yang berwarna biru. Oh sungguh senang hatiku.
Adik datang dengan membawa bakwan teri.
“Mana krupukku?” tanya adik sambil menjungkir bungkus krupuk di atas piring nasi. Tidak ada krupuk yang jatuh ke atas nasi. Semua sudah kumakan tadi. Untung masih ada hadiah stiker gambar ibu peri. Adik lebih suka hadiahnya dari pada makan krupuk chiki. Maka kubagi bakwan kesukaanku untuk sarapan nasi pecel bersama adikku yang cerewet ini.
“Kak, bakwan amis begini kok Kakak suka?” tanya adik sambil mencium bakwan teri.
Aku ingin membentaknya tapi tidak jadi. Aku teringat bahwa kemarin, waktu istirahat, aku jajan seplastik es dan bawan teri banyak sekali. Ketika waktu istirahat habis, bakwan teriku belum habis. Maka aku bawa ke dalam kelas. Karena takut ketahuan Pak Wali Kelas maka aku masukkan ke dalam tas.
“Baunya amis tapi kok rasanya enak ya, Kak?” Tanya Adik membuyarkan lamunanku.
“Kamu mau lagi? Aku masih punya,” jawabku.
Adik melongok ke piringku yang sudah kosong. “Bohong!”
“Di dalam tas. Kemarin aku beli dua belas,” jawabku dengan suara keras.
Adik segera berlari ke dalam kamar. Tidak lama kemudian membuka tasku dengan kasar. “Mana? Tidak ada....” tanya adik sambil berlari kembali ke dalam kamar.
Aku jungkir tas di atas meja makan. Buku pelajaran berjatuhan bersama remah-remah bakwan. Tidak ada bakwan.
“Tidak ada, Kak.” teriak adik dari dalam kamar.
Tidak ada?! Siapa pencurinya? Siapa lagi kalau bukan dia, adik paling usil sedunia. Setiap pagi dia membongkar tasku seenaknya. Siapa lagi pencurinya kalau bukan dia, Si Zulaiha.
“Pasti kamu yang mencuri!” Hardikku sambil menunjuk hidung adik.
Kepala adik digeleng-gelengkan. “Aku kan tidak suka bakwan.”
Aku periksa semua bagian tas, dari bawah hingga atas. Dari depan, tengah, dan belakang hingga tuntas. Masih tercium bau amis yang khas. Bau itu berasal dari belakang tas. Aku rogohkan tanganku ke dalam tas. Kuraba pojok kanan, tidak ada bakwan. Kuraba pojok kiri, malah kulihat jariku sendiri. Jari tanganku menyembul keluar dari dalam tas yang baru umur sehari.
“Kau apakan tasku? Mengapa bisa berlubang seperti ini?” Aku berteriak. Adik mendongak. Tas aku lempar. Adik tersenyum lebar.
“Aku tahu yang mengambil bakwan.”
“Siapa?” Tanyaku penasaran.
“Tikus!” Jawab adik dengan nada yang meyakinkan.
Aku perhatikan lubang itu dengan serius. Sepertinya memang bekas gigitan tikus. Aku ingin tikus itu segera mampus. Gara-gara tikus sialan itu, tasku jadi tidak bagus. Semangat sekolahku tiba-tiba pupus.
“Kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak sekolah.”
“Wah Kakak payah!” Adik membantah. “Gara-gara tas berlubang saja, tidak sekolah? Sini biar Adik sulap jadi lebih indah.”
Adik menambal lubang itu dengan stiker-skiter koleksinya. Gambar-gambar ibu peri itu seakan sedang menjaga goa rahasia. Adik mengajakku segera mengayuh sepeda.
“Ayo, Kak... Kayuh yang kuat. Cepat! Lebih Cepat! Kakakku memang hebat. Ayo, Kak... Kayuh lebih kuat. Aku tidak mau terlambat!”

 Adikku memang sangat cerewet tapi ternyata sangat baik hati. Sungguh, aku malu sekali. Sambil mengayuh sepeda aku bejanji dalam hati; nanti siang akan kusimpan tas ini di dalam lemari. Nanti malam akan kuganti isinya dengan pelajaran besok pagi. Besok, aku akan bangun sebelum ayam berkokok, segera mandi dan menyiapkan sarapan bersama adikku yang sangat baik hati. Biarlah bapak dan ibu berangkat kerja pagi-pagi. Aku harus bisa mandiri mengurus adik dan diri sendiri.[]

Labels:


This page is powered by Blogger. Isn't yours?