Saturday, November 06, 2004
Penggaris dari Korea
Cerita anak oleh Faiq Aminuddin
Hari ini, wajah Paijo tampak sangat cerah. Sepertinya dia sedang gembira. Paijo melangkahkan kaki sambil bernyanyi-nyanyi. Dia berlari-lari kecil menuju sekolah. Teman-temannya bertanya-tanya mengapa Paijo senyam-senyum sendiri ketika masuk kelas.
Paijo membuka tasnya. Tasnya terjatuh karena dia terlalu buru-buru. Dia mengeluarkan penggaris barunya dan ditunjukkan pada teman-teman.
“Penggaris ini mahal harganya. Di sini tidak ada yang jual. Penggaris ini oleh-oleh ibuku dari Korea.”
Paijo mengacung-acungkan penggaris.
“Lihat. Penggaris ini ada gambarnya tapi bukan sembarang gambar. Gambar ini bisa bergerak-gerak.”
Teman-teman datang mendekat, mengelilingi Paijo. Mereka ingin melihat gambar yang bisa bergerak-gerak itu.
Paijo menggerak-gerakkan penggarisnya. Gambar mobil di penggaris itu seperti berjalan. Teman-temannya heran. Mereka ingin meminjam. Mereka ingin memegang dan melihatnya lebih dekat. Tapi Paijo tidak mau meminjamkan penggarisnya. Dia takut penggarisnya rusak atau hilang.
“Penggaris ini tidak boleh dipinjam,” teriak Paijo.
“Ah pelit,” kata salah satu temannya sambil merebut penggaris itu. Teman yang lain merebut juga. Mereka berdesak-desakkan, rebutan penggaris.
KLAK !
Penggaris itu patah.
Paijo menangis.[]
Cerita anak oleh Faiq Aminuddin
Hari ini, wajah Paijo tampak sangat cerah. Sepertinya dia sedang gembira. Paijo melangkahkan kaki sambil bernyanyi-nyanyi. Dia berlari-lari kecil menuju sekolah. Teman-temannya bertanya-tanya mengapa Paijo senyam-senyum sendiri ketika masuk kelas.
Paijo membuka tasnya. Tasnya terjatuh karena dia terlalu buru-buru. Dia mengeluarkan penggaris barunya dan ditunjukkan pada teman-teman.
“Penggaris ini mahal harganya. Di sini tidak ada yang jual. Penggaris ini oleh-oleh ibuku dari Korea.”
Paijo mengacung-acungkan penggaris.
“Lihat. Penggaris ini ada gambarnya tapi bukan sembarang gambar. Gambar ini bisa bergerak-gerak.”
Teman-teman datang mendekat, mengelilingi Paijo. Mereka ingin melihat gambar yang bisa bergerak-gerak itu.
Paijo menggerak-gerakkan penggarisnya. Gambar mobil di penggaris itu seperti berjalan. Teman-temannya heran. Mereka ingin meminjam. Mereka ingin memegang dan melihatnya lebih dekat. Tapi Paijo tidak mau meminjamkan penggarisnya. Dia takut penggarisnya rusak atau hilang.
“Penggaris ini tidak boleh dipinjam,” teriak Paijo.
“Ah pelit,” kata salah satu temannya sambil merebut penggaris itu. Teman yang lain merebut juga. Mereka berdesak-desakkan, rebutan penggaris.
KLAK !
Penggaris itu patah.
Paijo menangis.[]